Ciri Kalimat Efektif #3 — Jelas
Kalimat efektif juga harus jelas strukturnya dan lengkap unsur-unsurnya. Kalimat yang jelas strukturnya memudahkan orang memahami maknanya, sedangkan ketidakjelasan struktur bisa menimbulkan kebingungan.
Contoh 8
8.
Berdasarkan analisis kapasitas produksi yang telah kami lakukan, menjadi jelas bahwa dalam menjalankan promosi memiliki pengaruh terhadap penjualan.
Jika kita lihat sepintas, sepertinya tidak ada permasalahan pada kalimat contoh di atas karena informasinya jelas, terutama apabila kita lihat dari ragam bahasa lisan. Namun, dalam ragam bahasa tulis, kalimat di atas belum menunjukkan kejelasan unsur-unsurnya.
Pada kalimat di atas, frasa berdasarkan analisis kapasitas produksi yang telah kami lakukan berfungsi sebagai keterangan (K), menjadi jelas berfungsi sebagai predikat (P), dan bahwa dalam menjalankan promosi memiliki pengaruh terhadap penjualan merupakan klausa subordinatif yang berfungsi sebagai subjek (S) sehingga struktur kalimatnya adalah K-P-S (varian dari S-P-K).
Struktur semacam itu ada dalam tipe kalimat dasar bahasa Indonesia. Namun, klausa subordinatif itu (sesudah kata bahwa) tidak lengkap karena tidak memiliki subjek. Frasa dalam menjalankan promosi berfungsi sebagai keterangan, memiliki berfungsi sebagai predikat, dan pengaruh terhadap penjualan berfungsi sebagai objek sehingga struktur klausa tersebut adalah K-P-O yang semuanya berada di bawah kendali bahwa.
Selain itu, kalimat majemuk mensyaratkan bahwa jika subjek klausa subordinatif (anak kalimat) tidak sama bentuknya dengan subjek klausa utama (induk kalimat), subjek pada klausa subordinatif tersebut harus muncul.
Agar menjadi efektif, subjek pada klausa subordinatif wajib kita munculkan.
8.
Berdasarkan analisis kapasitas produksi yang telah kami lakukan, menjadi jelas bahwa dalam menjalankan promosi memiliki pengaruh terhadap penjualan.
8.a
Berdasarkan analisis kapasitas produksi yang telah kami lakukan, menjadi jelas bahwa promosi memiliki pengaruh terhadap penjualan. (K-P-S-{S-P-O}).
8.b
Bahwa promosi memiliki pengaruh terhadap penjualan menjadi jelas berdasarkan analisis kapasitas produksi yang telah kami lakukan. (S-{S-P-O}-K-P-S)
Contoh 9
9.
Gubernur memerintahkan kepada seluruh lembaga yang berkompeten untuk melaksanakan vaksinisasi sesegera mungkin. (S-P-K-K)
Pada kalimat contoh di atas, frasa Gubernur berfungsi sebagai subjek, memerintahkan berfungsi sebagai predikat, kepada seluruh lembaga yang berkompeten berfungsi sebagai keterangan, dan untuk melaksanakan vaksinisasi sesegera mungkin juga merupakan keterangan. Kalimat tersebut berstruktur S-P-K-K.
Karena itu, dari segi struktur, kalimat tersebut tidak ada masalah sebab struktur semacam itu merupakan pengambangan pola dasar S-P-K. Namun, karena predikat kalimat tersebut berupa verba, yaitu memerintahkan, unsur yang berada di sebelah kanan verba tersebut seharusnya berupa nomina atau frasa nominal, bukan frasa preposisional.
Dengan kata lain, karena predikat dalam kalimat tersebut berupa verba, unsur di sebelah kanan yang mendampingi predikat itu adalah objek atau pelengkap, bukan keterangan. Jadi, kalimat tersebut seharusnya berstruktur S-P-O-K atau S-P-Pel-K. Agar menjadi benar, kalimat tersebut kita ubah menjadi sebagai berikut.
9.
Gubernur memerintahkan kepada seluruh lembaga yang berkompeten untuk melaksanakan vaksinisasi sesegera mungkin. (S-P-K-K)
9.a
Gubernur memerintah seluruh lembaga yang berkompeten untuk melaksanakan vaksinisasi sesegera mungkin. (S-P-O-K)
9.b
Gubernur memerintahkan pelaksanakan vaksinisasi sesegera mungkin kepada seluruh lembaga yang berkompeten. (S-P-Pel-K)
Ketidakefektifan kalimat contoh 9 berkenaan dengan perbedaan makna antara kata kerja yang berkonfiks meng-kan dan yang berafiks meng– saja. Kata kerja yang berkonfiks meng-kan (memerintahkan) diikuti pelengkap atau objek tak langsung (pelaksanakan vaksinisasi), sedangkan yang berafiks meng– saja (memerintah) diikuti objek (seluruh lembaga).
Contoh 10
Ketidakjelasan struktur kalimat dapat pula terjadi karena penggunaan penghubung di depan anak kalimat dan induk kalimat sekaligus sehingga kalimat kehilangan induk kalimatnya.
Pemakaian penghubung jika dan maka pada (10.1) serta walaupun dan tetapi pada (10.2) menyebabkan ketiga kalimat berikut kehilangan induk kalimatnya (hanya berupa anak kalimat). Hal itu karena kata jika, maka, kalau, walaupun dan sejenisnya merupakan konjungsi subordinatif yang berfungsi untuk memperluas kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk bertingkat.
Sebuah kalimat majemuk bertingkat harus memiliki anak kalimat dan induk kalimat. Untuk itu, agar menjadi gramatikal, kita perlu mengubah kalimat-kalimat berikut menjadi kalimat-kalimat di bawahnya.
10.1
Jika keadaan semacam itu berlarut-larut, maka masyarakat di daerah itu bisa kehilangan kesabaran dan bertindak anarkistis.
10.1.a
Jika keadaan semacam itu berlarut-larut, masyarakat di daerah itu bisa kehilangan kesabaran dan bertindak anarkhis.
10.1.b
Masyarakat di daerah itu bisa kehilangan kesabaran dan bertindak anarkistis jika keadaan semacam itu berlarut-larut.
10.2
Walaupun telah mendapatkan ganti rugi, tetapi masyarakat Desa Porong tetap menderita lahir dan batin
10.2.a
Walaupun telah mendapatkan ganti rugi, masyarakat Desa Porong tetap menderita lahir dan batin.
10.2.b
Masyarakat Desa Porong tetap menderita lahir dan batin walaupun telah mendapatkan ganti rugi.
Selain itu, kalimat efektif juga mesti hemat.
